I am freelance intelligence. Currently trying to understand capitalism.

Thursday, 29 January 2015

100 Hari Kepemimpinan Presiden Jokowi, dari Perspektif Mahasiswa Jurusan Manajemen


Walaupun Pak Jokowi tidak mencetuskan target pemerintahannya pada kurun waktu 100 hari seperti Pak SBY kemarin, namun saya rasa selama 100 hari ini cukup banyak hal menarik pada pemerintahan Presiden Jokowi untuk diulas. Dalam 100 hari kepemimpinannya, pak jokowi telah melakukan cukup banyak hal sebagai presiden Indonesia. Dan saya melihat, background beliau sebagai pengusaha cukup dominan dalam memberikan pertimbangan untuk pengambilan keputusan.

Hal itu terbukti oleh beberapa kebijakan yang beliau buat diantaranya seperti;

1. Mengikuti konferensi G20, dan mengatakan bahwa Indonesia merupakan lahan yang sangat hijau untuk investasi dari negara-negara tersebut.

Pada saat ini, Negara kita mutlak membutuhkan investasi asing dalam jumlah yang cukup banyak untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi. Kenapa perekonomian kita harus tumbuh dan pertumbuhannya harus dijaga pada angka yang tinggi 5% - 6% ke atas? Karena Negara kita sedang tumbuh, kelas menengah ke atas yang pada tahun 2013 sebesar 50 juta, naik lebih hingga menjadi lebih dari 100juta pada 2014. Oke saya kurang tahu indikator menengah keatas yang dipakai oleh yang meriset seperti apa. Tapi yang jelas memang tumbuh, buktinya? Lihat aja, daya beli masyarakat yang sangat kuat. Kita sudah cukup akrab dengan store-store Zara, SOGO, Farmers 99 ranch market, LV, H&M, dan brand-brand dengan brand equity besar lainnya. Dan meraka laku. Atau lihat aja smartphone, berapa harga smarphone yang anda pakai? Berapa uang yang anda habiskan dalam satu hari, apa aja yang anda beli? Kebutuhan pokok atau kebutuhan diluar pokok? Bagaimana itu bias terjadi? Kenapa itu terjadi? See? Tapi kalau perekonomian kita sampai di sini saja, kita akan terjebak dalam middle income trap country. Keenakan di tengah, udah ngerasa enak jadi nggak bekerja lagi, males. Akhirnya momentum naik nggak dimanfaatkan dengan baik, dan ketika momentum turun, ya turun, habis lah. Nah cara agar kita tidak terjebak di situ, ya pertumbuhan ekonomi kita harus bagus dan untuk itu butuh pembangunan di sana sini untuk menggerakkan perekonomian, nah pembangunan itu butuh uang, butuh investasi, Negara uangnya kalo dipake kesitu semua cashflownya bakalan nggak sehat, rawan krisis, jadi mutlak kita perlu uang orang lain, atau bahasa ilmiahnya Foreign Investment. Ada FDI (foreign direct investment) sama yang nggak direct.  

2. Menaikkan harga BBM

Untuk kebijakan ini, saya rasa pertimbangan pak Jokowi terlalu berat di satu perspektif sehingga mengurangi pertimbangannya dari perspektif lain yang padahal bobot perspektif-perspektif tersebut sama. Namun jelas, background pemikiran seorang pengusaha sangat berperan dalam pengambilan keputusan ini, Jokowi ingin uang Negara diputar ke sector yang dapat menghasilkan return baik tangible dan intangible yang lebih banyak disbanding ditaruh di subsidi BBM yang tidak terlalu memberikan kontribusi pada pertumbuhan ekonomi.

Perspektif yang lebih dipertimbangkan itu menurut saya adalah:

A.     Persentase penganggaran uang negara untuk subsidi.

Hampir sekitar 70% porsi subsidi untuk BBM. Subsidi tersebut kan sebenarnya dimaksudkan untuk menolong industri-industri di Indonesia agar bisa hidup dan berjalan kembali setelah krisis 1998. Nah sekarang kan sudah pulih, jadi buat apa? Kan tidak tepat sasaran lagi subsisinya. Ketika dulu zaman Pak Harto sebelum 1998, tidak ada subsidi untuk BBM, nah ini kalau mau dibahas juga panjang lagi, kenapa BBM waktu zamannya soeharto murah.

Oke tapi dibahas aja ya biar nggak kebawa mimpi. Ketika itu, kita masih punya ladang minyak yang kualitasnya bagus, sangat bagus, dan bisa dihargai dengan mahal sebenarnya. Nah yang dilakukan pak harto adalah menjual minyak yang mahal (yang belum jadi BBM) tersebut ke luar negeri dan membeli minyak yang sudah jadi BBM yang kualitasnya bisa dibilang jelek yang harganya murah dari luar negeri. Ada margin sangat besar yang bisa diambil melalui cara tersebut. Nah ketika minyak yang bagus itu habis, nggak laku lagi, dan harga minyak dunia mulai naik, ya udah selesai.

B.      Kuota BBM yang terbatas.

Saya tidak tahu, dan tidak habis pikir juga. Tapi ada yang percaya hal ini dijadikan pertimbangan. Kenapa saya tidak habis pikir? Ya itu pertimbangan yang ngawur. Sekarang BBM itu kebutuhan pokok, apakah kalau harganya dinaikkan lantas demand akan menurun?? Mungkin iya, tapi berapa banyak??

Sedangkan perspektif yang saya rasa kurang dipertimbangkan ialah:

A.      Terjadinya perang harga atau price war minyak yang walaupun hal ini cenderung memberikan dampak secara jangka pendek, apalagi ketika Arab memutuskan untuk tidak ikut-ikutan perang (harga), namun faktanya setelah itu harga minyak semakin menurun, dan ada indikasi bahwa minyak sedang mencoba menemukan harga wajarnya yang baru (yang lebih rendah dari harga yang lama)

Entah apa sebab sebenarnya saya kurang begitu memahami, karena jika kita kembalikan pada asumsi dasar ekonomi, supplay demmand, tidak terjadi perubahan yang mengejutkan. Namun jika asal jawab, saya akan bilang ISIS lah penyebabnya, haha. Ini sekali lagi asal jawab loh ya; ISIS sengaja dibentuk oleh intelligen Amerika dengan bantuan Israel dan Rusia dengan misi jangka panjang untuk pelemahan Islam, dan punya agenda salah satunya, menguasai ladang minyak di Irak.
Setelah ISIS berhasil menguasai ladang minyak Irak 2014 kemarin, mereka menjual minyak tersebut dengan harga yang sangat-sangat murah. Agenda ini sengaja direncanakan oleh CIA untuk mendukung upaya menaikkan kembali pertumbuhan ekonomi AS setelah sempat konsolidasi dari 2009-2014 karena krisis 2008. Saat ini The Fed sudah mulai menutup quantitative easing dan mencoba menarik kembali uang-uang yang berkeliaran di negara-negara emerging market.
Dengan harga minyak yang murah, maka pembangunan dapat diakselerasi. Saat yang tepat bagi US karena power ekonomi dunia satunya, China, sedang kembang kempis, karena mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi. Perlambatan atau penurunan pertumbuhan ekonomi China sendiri ditengarai terjadi karena stimulus China yang gagal dalam memacu pertumbuhan ekonomi. Inilah momen yang sangat tepat bagi Amerika untuk kembali naik tahta.

Oke sebenarnya masih lumayan banyak yang ingin saya tuliskan, tapi sampai di sini aja ya dulu. Udah bosen, pengen ngerjain yang lainnya..  
    

0 comments:

Post a Comment