Saya bermain game ini sejak masih SMP dulu, waktu kelas 8 kalo nggak salah. Sebenarnya di antara teman-teman gamers di sekolah saya (temen-temen sekelas khususnya haha) saya terbilang cukup ketinggalan dalam memainkan game ini. Karena pada awalnya saya tidak tertarik sama sekali dengan game semacam DoTA yang waktu itu masih merupakan sebuah map di game Warcraft III. Saya pikir apanya yang menarik dari game yang nggak bisa naik level, selesai game main lagi, map nya sama, karakter (hero) nya sama, pasti ngebosenin. Tapi di suatu siang temen-temen cowok sekelas saya punya rencana buat menginvasi sebuah game corner di deket sekolah buat main DoTA bareng. Tepat ketika bel pulang berbunyi, kita segera berlari ke parkiran ngambil sepeda dan dengan kecepatan penuh, cao ke game corner tadi. Well, pada waktu itu masih jarang banget ada tempat ngegame kayak gitu, jadi pasti rame banget, harus cepet-cepet biar dapet PC yang jumlahnya limited. Nah, karena perbincangan dan rencana main bareng DoTA itu kedengeran seru, akhirnya saya ikutan. Dan, itulah pertama kali saya ketemu sama DoTA. Dan kebetulan mode gamenya adalah SD atau single draft. Saya nge-pick Alchemist, hero tipe strength yang empuk banget waktu itu. Game pertama, saya langsung main sama orang, dan mereka semuanya dewa. Termasuk temen-temen saya yang udah sering latihan bareng di kelas sebelumnya.
Setelah itu saya mulai bisa mainin gamenya, tapi nggak sering-sering main juga sih, soalnya lumayan ada hal lain yang saya lebih tertarik daripada game ini, apalagi waktu SMA. Sampai akhirnya valve melalui steam meluncurkan DoTA 2. Saya, nggak sering-sering main juga sih tapi masih bisa dibilang pemain aktif lah. Di DoTA 2 inilah saya mendapatkan sebuah pelajarn berharga mengenai teamwork. Soalnya saya juga lagi kuliah di jurusan manajemen dan beberapa kali baca majalah bisnis yang ada di library gitu, khususnya Harvard Business Review, mereka sering banget bahas masalah leadership dan teamwork. Saya jadi kepikiran, dan pas main DoTA, datanglah sebuah kesimpulan. Jadi ceritanya gini:
DoTA merupakan sebuah permainan yang mempertandingkan antara dua tim. Masing-masing tim anggotanya 5 orang. Ketika dalam tim ini terjadi sebuah fenomena saling menyalahkan karena emang temen kita beneran bego, feeder, atau bacot, atau karena keadaan emang sangat sulit buat kita (musuhnya terlalu dewa gitu mungkin), hampir bisa dipastikan kita kalah. Kadang saya juga suka nggak sabaran kalo ada temen yang gitu, tapi ketika saya menyadari hal ini saya mulai mengerti bahwa menyalahkan teman setim kita hanya akan memperburuk keadaan. Mungkin anda berfikir, lah emang dia nyebelin, emang salah, ya wajar dong disalahin. Iya itu bener, tapi men, gimana kalo posisinya dia itu emang nggak tau atau belum ahli mainnya? percuma disalahin juga dia nggak akan berubah.
Saya mulai mencoba tidak menyalahkan teman-teman setim waktu bermain, karena bisa dipastikan 90% tim saya akan kalah habis itu. And you know what? Di beberapa game, ketika keadaan sangat sulit, tim saya tertekan, hampir kalah, tapi kita tidak saling menyalahkan, namun saling berkomunikasi menyusun rencana, saling menyelamatkan, tim kita 90% berhasil membalikkan keadaan.
Ada sebuah quote, "When things get hard, people used to blame others". Ya, itu benar. Ego selalu berbicara bahwa dia benar dan tidak salah sedikitpun, walaupun hati bilang dia turut bersalah atas apa yang terjadi. Namun, kebanyakan manusia cenderung memilih untuk mengatakan egonya. Dalam teamwork, keberadaan orang yang tidak bisa mengontrol egonya bisa jadi sangat riskan. Akhir-akhir ini saya mendapatkan pelajaran yang sangat berharga mengenai hal itu, bahwa ego yang tidak terkontrol, bahkan bisa menghancurkan tim beserta asset yang dimilikinya hingga sehancur-hancurnya.
Thank you DoTA
Setelah itu saya mulai bisa mainin gamenya, tapi nggak sering-sering main juga sih, soalnya lumayan ada hal lain yang saya lebih tertarik daripada game ini, apalagi waktu SMA. Sampai akhirnya valve melalui steam meluncurkan DoTA 2. Saya, nggak sering-sering main juga sih tapi masih bisa dibilang pemain aktif lah. Di DoTA 2 inilah saya mendapatkan sebuah pelajarn berharga mengenai teamwork. Soalnya saya juga lagi kuliah di jurusan manajemen dan beberapa kali baca majalah bisnis yang ada di library gitu, khususnya Harvard Business Review, mereka sering banget bahas masalah leadership dan teamwork. Saya jadi kepikiran, dan pas main DoTA, datanglah sebuah kesimpulan. Jadi ceritanya gini:
DoTA merupakan sebuah permainan yang mempertandingkan antara dua tim. Masing-masing tim anggotanya 5 orang. Ketika dalam tim ini terjadi sebuah fenomena saling menyalahkan karena emang temen kita beneran bego, feeder, atau bacot, atau karena keadaan emang sangat sulit buat kita (musuhnya terlalu dewa gitu mungkin), hampir bisa dipastikan kita kalah. Kadang saya juga suka nggak sabaran kalo ada temen yang gitu, tapi ketika saya menyadari hal ini saya mulai mengerti bahwa menyalahkan teman setim kita hanya akan memperburuk keadaan. Mungkin anda berfikir, lah emang dia nyebelin, emang salah, ya wajar dong disalahin. Iya itu bener, tapi men, gimana kalo posisinya dia itu emang nggak tau atau belum ahli mainnya? percuma disalahin juga dia nggak akan berubah.
Saya mulai mencoba tidak menyalahkan teman-teman setim waktu bermain, karena bisa dipastikan 90% tim saya akan kalah habis itu. And you know what? Di beberapa game, ketika keadaan sangat sulit, tim saya tertekan, hampir kalah, tapi kita tidak saling menyalahkan, namun saling berkomunikasi menyusun rencana, saling menyelamatkan, tim kita 90% berhasil membalikkan keadaan.
Ada sebuah quote, "When things get hard, people used to blame others". Ya, itu benar. Ego selalu berbicara bahwa dia benar dan tidak salah sedikitpun, walaupun hati bilang dia turut bersalah atas apa yang terjadi. Namun, kebanyakan manusia cenderung memilih untuk mengatakan egonya. Dalam teamwork, keberadaan orang yang tidak bisa mengontrol egonya bisa jadi sangat riskan. Akhir-akhir ini saya mendapatkan pelajaran yang sangat berharga mengenai hal itu, bahwa ego yang tidak terkontrol, bahkan bisa menghancurkan tim beserta asset yang dimilikinya hingga sehancur-hancurnya.
Thank you DoTA
0 comments:
Post a Comment