![]() |
Photo by Alfian D.F Student of University of Indonesia majoring in computer science |
Aku duduk terpaku memandang gerombolan burung kuntul yang terbang ke selatan. Dulu, kau sering bercerita tentang mereka. Tentang kesamaan hidup kita dengan burung-burung itu. Katamu setiap manusia juga pasti akan berpindah tempat. Mengenai seperti apa tempat yang akan kita singgahi kelak, tergantung bagaimana kita perlakukan tempat yang kita singgahi sekarang. Jika kita merusaknya, maka sebuah tempat yang rusaklah hunian kita kelak. Burung-burung itu, ah bahagianya mereka dapat bermigrasi bersama-sama. Sedang kita?
Apakah kita juga terbang ke selatan seperti mereka? Kedengaran lucu. Hingga lelehan kristal bening membasahi kelopak mataku dan menganak sungai di sepanjang pipi. Entah kala itu kau sedang bercanda atau kerasukan apa. Sarafku kaku, pigmen kulitku memucat, dan seketika seluruh kekuatan dalam diriku lenyap saat kudengar kabar bahwa kau telah benar-benar bermigrasi. Beberapa hari setelah kau berdakwah seperti itu.
…
Bukit ini mampu menghadirkan kembali sosokmu. Disinilah kau menyematkan cincin putih bermata intan di jari manisku, satu tahun setelah kau menabung untuk membelinya. Kau bilang, Trese itu memiliki makna yang sangat dalam. Berasal dari dua kata bahasa jawa yang digabung dan dilebur.
Tresno dan selawase, jadinya Trese. Tresno berarti cinta, kasih sayang,
dan selawase berarti selamanya, abadi. Jadi, bukit ini berarti kasih
sayang yang abadi. Sebab itulah kau ingin cinta kita selalu abadi dengan menyematkan cincin itu di sini. Udara di bukit ini memang tak sedingin dahulu, tetapi menghirupnya mampu membawa ingatanku menyelusup ke dalam memori yang menyimpan banyak kenangan bersamamu.
Dulu setelah lelah mencari kayu bakar untuk dijual, kauselalu mengajakku beristirahatdi rumah pohon sederhana yang kau dirikan di bukit ini, sejuk sekali. Kemudian kau bercerita banyak hal untuk menghiburku.
Hah, kenangan itu akan selalu membekas dihati, walaupun telah disudahi ruang dan waktu.
Ketika pagi itu kita sedang mencari kayu bakar hingga hampir ke tengah hutan karena pepohonan di tepi hutan hampir tak ada yang tersisa. Saat itulah, kau mengorbankan nyawamu untuk menyelamatkanku dari seekor ular kobra yang menyerangtiba-tiba. Aku sungguh terkejut karena ular itu sudah tertegak dihadapanku, membuka leher dan menjulurkan lidahnya yang mengerikan. Ular itu melompat ke arahku. Aku memejamkan mata sambil berteriak sekeras mungkin.
…
Di bukit inilah aku bisa mengenangmu, bersama keabadian cinta itu. Tak akan aku biarkan hijaunya bukit ini menjadi kenangan. Bukit yang selalu memroduksi oksigen untuk bernafas dan mengalirkan airnya yang jernih.Trese, bukit yang memiliki kasih sayang abadi kepada manusia yang terkadang saling menyayangi, namun tidak menyayanginya.
Benar
katamu, bukit ini juga turut mengabadikan sebuah cinta diantara kita.
Aku berjanji kepadamu, akan kujaga bukit ini, akan kuhijaukan seperti
dulu lagi.
Aku memejamkan mata, merasakan hembusan angin yang semakin dingin. Bersama kicauan beburung yang semakin melirih.
Malang, 2012 - dulu, sekarang udah gak pernah nulis ..
Malang, 2012 - dulu, sekarang udah gak pernah nulis ..
0 comments:
Post a Comment