I am freelance intelligence. Currently trying to understand capitalism.

Monday, 23 September 2013

Intastrofe


Di persimpangan jalan yang tak lagi dilalui kendaraan, seseorang membasahi wajahnya dengan beberapa butir air mata.
Angin masih bertiup ketika malam semakin larut. Menyapa sesosok tubuh lunglai dalam balutan kain spanduk. Bukan dingin yang ia risaukan, melainkan seseorang yang menunggunya di sebuah tempat yang jauh dari sini. Seseorang yang akan selalu menunggunya.
...
Delapan hari berlalu dan sekarang mungkin hari yang ke sembilan. Ia masih menggigil. Menemani burung-burung menjelajah bebukitan asam. Entah tak sempat entah memang telah marah dan melupakan. Pada hari yang biasanya ia dapatkan sebuah pesan dari seseorang. Pada hari yang beberapa tahun lalu ia mendapat senyuman yang begitu manis pada malam yang indah setelah dua hari sebelumnya mengatakan sesuatu. Entah apa yang terjadi sebenarnya, namun ia terlihat begitu rindu sekarang.
...
Jika saja waktu berkenan untuk kembali, ya, andai saja. Sesuatu yang tak lagi mungkin terjadi. Ah, sial. Mengapa penyesalan selalu menyakitkan jika bertemu dengan rindu. 

0 comments:

Post a Comment