I am freelance intelligence. Currently trying to understand capitalism.

Thursday, 5 March 2015

Saya paham kenapa banyak orang apatis di negeri ini

Tapi bukan berarti saya mau sok tahu.
Sebabnya adalah di edukasi. Ada dua tempat; kelas dan rumah. Saya akan ulas satu-satu.

Kelas

Hampir semua pendidik, dari SD sampai Universitas bahkan, merasa dirinya yang paling benar. Dirinya adalah satu-satunya kebenaran yang ada. Dan pendapat Siswa yang berbeda dianggap salah. Padahal siapa yang tahu benar dan salah sebenarnya?? Akibatnya, Siswa akan selalu menebak dan mempercayai apa yang pendidik katakan karena mereka butuh nilai. Ya, semua pihak selalu menuntut nilai atau hasil akhir di negeri ini. Tidak peduli bagaimana prosesnya, yang penting lulus UN. Saya tidak habis pikir. Cacad. Padahal mana yang lebih penting dalam proses belajar? Hasil akhir atau proses?? Selain itu, Siswa juga akan sempit perspektifnya tentang memandang kebenaran. Lebih daripada itu, cara berfikir juga akan sempit.

Rumah

Saya bukannya menyalahkan orang tua. Saya paham semua orang tua ingin yang terbaik untuk anaknya, tapi tanpa mereka sadari terkadang caranya salah. Maksud saya adalah, begini: orang tua bertanggung jawab untuk mendidik anak, mengarahkan supaya anak tersebut jadi manusia yang baik dan bermanfaat, tapi sebenarnya orang tua juga memiliki harapan terhadap anaknya, nah dari sinilah mulainya. Harapan itu asalnya dari mana? Kebanyakan ya dari ego. Tapi itu bukan masalah, yang akan menjadi masalah adalah ketika orang tua tidak kenal dengan anaknya tapi mendidik dengan cara mendikte, harus seperti ini, tidak boleh seperti itu. Anak tidak dibiarkan untuk mengungkapkan perasaannya, pendapatnya. Pada akhirnya, anak tersebut menjadi orang yang tidak kenal dengan dirinya sendiri bahkan hingga dewasa mungkin. Tanya kenapa? Ya karena dia tidak pernah belajar untuk bertanya pada dirinya sendiri apa sebenarnya pendapat dia mengenai suatu hal. Akibatnya, mereka cenderung jadi orang yang follow the flow, kayak ikan mati.

Sebagai penutup saya ingin katakan satu hal saja: di Indonesia, jika anda jadi orang yang berbeda dengan orang-orang kebanyakan, bukan berarti anda buruk atau aneh. Teruskan saja kerja keras anda mengusahakan sesuatu yang anda yakini terbaik, dan kelak dunia akan mengerti, kalaupun dunia tidak mengerti, masih ada Tuhan yang mungkin bisa mengerti. Anda bisa melakukan itu jika dan hanya jika anda kenal dengan diri anda sendiri, gimana orang bisa ngaku kenal Tuhan, kenal orang-orang lain kalo sama dirinya sendiri aja nggak bisa kenal.

0 comments:

Post a Comment