I am freelance intelligence. Currently trying to understand capitalism.

Sunday, 24 November 2013

Rindu dan Matematika

            Judulnya melankolis banget ya kayaknya, em ngga tau deh yang jelas ini bukan tentang kenangan atau hal-hal yang berbau perasaan. Sebenernya mereka berdua adalah dua hal yang totally different in common jika dilihat gitu aja, yaa gitu aja, dilihat dengan cara yang biasa. Em, tapi belum tentu juga bakalan ada common in difference kalau dillihat dengan cara yang ngga biasa. Terus? Hehe sabar atuh bray.

           Pertama saya pengen cerita tentang sejarah dan filosofi dari rindu. Ah, kepanjangen ntar, gak jadi gak jadi. Em, gini aja deh, ada orang yang bilang sama kekasihnya, --- Kita udahan aja ya bebs, setelah beberapa waktu kita jalan bareng, makan baso di bawah jembatan bareng, minum akua di GI bareng, lari-lari pagi bareng, aku ngga ngerasa ada kesamaan diantara kita. Waktu makan baso, kamu pentolnya lima ngga ada mie-nya, aku pentolnya separo mie-nya semangkuk. Waktu minum akua di GI, kamu akua-nya yang botolan aku akua yang gelas. Waktu lari-lari pagi bareng, aku pake sendal jepit kamu pake sepatu roda, gimana mau ngga protol otot bebs?? Em, gimana? Ngga papa kan kita udahan aja? Dari pada diterusin tapi akhirnya kita semakin ngerasa ngga nyaman? Bebs? Masih napas kan? Mau napas buatan? --- Lalu mereka berpisah dan entah bagaimana rindu akan mengatakan sesuatu kelak. Tapi yang jelas tidak ada tokoh yang dapat menjamin bahwa dia akan hadir. Tidak juga sebaliknya. Orang bisa rindu pada sosok yang baru ia temui beberapa jam yang lalu. Orang bisa rindu pada sosok yang berada jauh dari tempatnya mendengar suara sosok itu dari telefon. Begitu juga sebaliknya, orang bisa tidak rindu. Ya, saya cuma mau bilang kalau rindu itu abstrak sih. :p . Namuuun, setelah itu orang mulai mengerti tentang sebuah pola. Dan ya, selalu ada pola dalam hal se-abstrak apa pun. Termasuk juga rindu.


Intermezoo hehe :D
              Lalu bagaimana dengan matematika? Amit-amit dah kalo harus nyeritain sejarah dan perkembangan matematika. Sering sih sebenernya lihat buku yang begituan: pertama baca judulnya, wah keren banget nih kayaknya, coba buka halaman pertama: kampret ini apaan -_-".. Yang jelas sebenernya pada awalnya tidak ada yang jelas dalam matematika. Siapa bilang matematika itu kepastian, bukan. Matematika itu penuh dengan misteri dan ketidakpastian. Namun ada sebuah kebutuhan untuk menyederhanakan ketidakpastian dengan mengamati lalu mencari persamaan dan menuliskan sebuah pola yang lebih sedehana dalam bahasa aplikasi dari sebuah pola dalam bahasa abstraksi. Ya, saya juga cuma mau bilang kalau matematika itu itu abstrak. :D Namuuun, berbeda dengan rindu yang dibiarkan indah dalam abstraknya. Matematika dikonversi lagi menjadi sesuatu yang sederhana dan proporsional dengan permintaan manusia akan perhitungan, perkiraan, dan banyak hal.

Intermezoo lagii ckckck
            Jadilah mereka berbeda dan entah masih ada sebuah persamaan atau tidak. Yang jelas semuanya menjadi relatif. Saya tidak suka bilang kalau manusia itu makhluk yang relatif, tapi dalam satu hari aja, ya, well, eh, keluar topik entar jadinya. haha. Ya udah, udah ya, selesai, semoga tulisan ini (dengan open endingya) bisa dimengerti . . 

0 comments:

Post a Comment